Hallo, apa kabar,
ihh, canggung bener yak. Sorry gue sebulan ngilang, selama liburan nggak tau kenapa
males ngetik-ngetik gitu. Tahun ini aja udah setengah jalan lebih gue baru buat
11 postingan, sok sibuk sekali ya. Oh iya, buat yang udah lama follow instagram
gue, beberapa bulan ini gue udah hapus-hapusin foto instagram yang lama, terus
upload foto-foto yang menurut gue bagus aja, kalo ada yang mau main-main atau
mau saling follow bisa add instagram gue, id nya: ichsanramadhani see you on
instagram.
Segitu aja deh
postingan gue, babay yak #Dikeplak. Ini gue lagi mood nulis soal jurusan
kuliah, jadi mau lanjutin postingan yang ini nih. Monggo di simak, terutama buat adek-adek maba yang baru mau masuk
kuliah. Postingan ini super duper late, rencananya mau di posting waktu SNMPTN
dn SBMPTN lagi rame, tapi yaitu tadi, gue nya males banget. Jadinya baru ke
posting sekarang dah. Ayo, rusuhkan.
***
Udah mau masuk tahun
ajaran baru nih. Gue jadi semangat mau memberi wejangan kepada adik-adik kelas
yang baru lulus SMA dan berniat mau lanjut kuliah. Di postingan sebelumnya gue
sudah membeberkan beberapa hal yang harus kalian pertimbangkan sebelum memilih
jurusan DKV sebagai jenjang pendidikan selanjutnya.
Gue menulis postingan
itu waktu semester gue baru satu red:maba.
Dan sekarang, gue akan melanjutkan postingan sebelumnya dengan status semester
gue yang udah bukan satu lagi. Sekarang gue udah semester 4 mau masuk semester
5, tentunya di rentang waktu 2 tahun ini, gue pun menemukan hal-hal baru yang
harus kalian mengerti dan pahami sebelum kalian masuk dan terjerumus ke jurusan
DKV.
DKV
Itu Mahal.
Jadi begini, gue
bukan mau menakut-nakuti atau memberi gambaran buruk, bahwa hanya orang-orang
berduit yang bisa masuk di jurusan ini. Gue jelaskan rinciannya. Waktu semester
awal emang nggak terlalu berasa keluar duitnya. Tapi, begitu masuk semester 2
sampai 4 nanti kalian akan sadar betapa kampretnya beberapa mata kuliah anak
DKV.
Waktu semester 2
dulu, gue ada mata kuliah rekayasa digital. Kalian bisa cari tau materi soal
mata kuliah ini di gugel. Disini gue hanya akan menjelaskan system mata kuliah
ini. Jadi kita dikasih tugas, untuk merekayasa bentuk, ataupun wujud suatu
objek, bisa benda, hewan, manusia, pokoknya macam-macam. Setelah selesai, kita
harus mencetaknya di kertas art paper (AP).
Biasanya untuk satu
project ini, kita dikasih waktu seminggu. Dengan aturan, paling nggak 1 project
itu memakan berlembar-lembar kertas karena didalamnya harus ada, source,
referensi, tutorial, cover depan belakang, dan tentunya artwork jadi. Jika di
total-total. Untuk satu bendel buku itu kita harus ngeluarin uang 20-30 ribu.
Sementara satu semester ada 16 pertemuan. Berarti dalam satu semester kita
harus ngeluarin uang sekitar Rp.400.000
lebih EMPAT RATUS RIBU untuk satu mata kuliah.
Itu baru satu mata
kuliah, di semester berikutnya gue juga dapet mata kuliah Komputer grafis. Cara
kerjanya hampir sama dengan matkul Rekayasa digital. Iya, sama-sama ngabisin
duit.
Gue pernah cerita
juga di postingan ini.
Di mata kuliah Bahasa visual gue harus ngeluarin hampir Rp 350.000 lebih untuk
Menuhin tugas akhirnya. Itu baru tugas akhir, tugas hariannya belum dihitung.
Jadi, jika
dibandingkan dengan jurusan lain yang tugasnya paling mentok adalah membuat
makalah dan jurnal dengan kertas hvs. Anak DKV harus rela puasa demi bisa
menyelesaikan beberapa mata kuliah yang maha kampret tadi.
DKV
Nggak Ada Ujian Tulisnya
Di kampus gue.
Setelah melewati beberapa mata kuliah wajib seperti bahasa Indonesia keilmuan,
bahasa inggris profesi seni, pendidikan pancasila, atau pendidikan agama.
Setelah itu nggak ada lagi yang namanya ujian tertulis, bawa pulpen, tulis nama
di kertas, kerjakan soal, kumpulkan, kemudian pulang. Mimpi aja kalian kalo mau
kaya begitu dan masuk di DKV.
Semua ujian di DKV
itu ujungnya adalah berupa bentuk, berupa karya, pokoknya harus ada wujudnya,
nggak cuman omong kosong dan mengarang bebas di selembar kertas aja.
Temen kost gue yang
beda jurusan sempat heran, kenapa gue nggak pernah baca buku atau pengang buku,
padahal lagi pekan ujian. Pas gue jelasin hal diatas ke dia. Dia malah bilang,
“wahh,
enak dong, nggak perlu belajar, atau buat contekan untuk ujian. Beruntung itu
jurusanmu”
Enak, biji mata mu.
Justru karena nggak bisa nyontek ini yang bikin stress. Kalau system ujian
dibuat tertulis, metodenya kan jelas, jawaban di tulis di kertas, dan jawaban
sekelas pasti bisa sama dan ada kemungkinan untuk nyontek. Nah kalau gue nggak,
semua UAS nya berbentuk karya. NYONTEKNYA GIMANA.
Masa iya pas ada
tugas akhir bikin poster, punya gue sama punya temen kembar, langsung di coret
nama gue. Jangankan kembar sekilas, kalo konsep dan pemilihan temanya aja
sekira njiplak bisa di coret, muwodar
gue.
DKV
Itu Mandiri
Buat kalian yang masa
SMA nya udah terbiasa manja dan selalu bergantung dengan orang lain, seperti
nyontek tugas, kerja kelompok tapi titip nama doang, atau cuman bayar ke temen
pakai Uang (Di Samarinda hal begini biasa) mending jangan nekat masuk DKV.
Kenapa ? karena di
DKV semua harus dilakukan sendiri. Cuman semangat dan motivasi aja yang bisa
bikin kalian bertahan. Mau nyontek nggak bisa, mau bayar teman yang sejurusan
nggak mungkin, temen lu aja pusing sama tugasnya sendiri. Mau bayar temen yang
beda jurusan apalagi. Tugas dari dosen cuman dimengerti sama anak di kelas
doang. Dan salah satu anak di kelas adalah kamu. Jadi, mau nggak mau kamu harus
ngerjain tugas mu sendiri.
Temen-temen di kelas
gue adalah cermin buat gue sendiri. Beberapa dari mereka sudah mulai tumbang
dan “bodo amat dah, pusing kepala gue” dengan tugas dari dosen. Karena semuanya
kita lakukan sendiri, maka strategy untuk mengerjakan tugas dan mengarungi
kejamnya kuliah DKV pun dilakukan sendiri.
Ada yang strategynya
mengorbankan satu mata kuliah demi mata kuliah lain, ada yang mengorbankan
sampai 2 mata kuliah ber sks kecil demi 1 mata kuliah ber sks gede karena nggak
sempat ngerjain tugas atau karena harus sibuk berorganisasi.
Yahh, begitulah,
teman-teman gue tumbang dangan alsan yang beragam. Gue sendiri sampai sekarang
masih mencoba menjaga semangat yang membara banget enggak, meredup juga enggak.
Di tengah-tengah aja.
Prinsip gue biar
nggak ikutan tumbang adalah
“jangan
terlena”
Kenapa ? soalnya DKV
ini santai banget, sangking santainya itu, kita jadi ngeremehin tugas. Biasanya
dari meremehkan atau menyepelekan ini yang bikin kita terlena dan akhirnya
tumbang.
“ahh,
santai lah, masih minggu depan tugasnya”
“ah,
suante lahh, dosennya nyuante kok ini”
“ah,
ngopi dulu loh. Ingat !!! jangan sampai tugas mu menggangu ngopi mu”
Yang terakhir itu
fillosofinya taik banget sih.
DKV
Itu Kejam
Kenapa gue bisa
bilang kalo DKV kejam, karena gue merasakan sendiri, gimana di dalamnya dan apa
yang terjadi dengan manusia-manusia yang ada disana. Kalau di kampus kalian ada
jurusan DKV (yang anak Kalimantan diem aja, disana nggak ada DKV, kasihan deh,
pulau sgede-gede gaban, tapi jusrusan DKV aja nggak punya, cihhh) coba kalian
perhatikan penampilan anak DKV.
Cupu, rambutnya
gondrong, kantung matanya besar, rokoknya nggak pernah lepas dari tangan,
celana sobek-sobek, sepatu dekil dan selalu memancarkan aura kelelahan di raut
wajahnya.
Ia, itu adalah buah
dari kekejaman yang kami terima. Nggak pernah tidur, waktunya kebanyakan dipake
buat ngelamun, begong buat mikirin tugas baru. Mikirin konsepnya, mikirin
bentuknya, warnanya, covernya, ahhh pokoknya banyak, gue sampai ikutan pusing
ini.
Ke kejaman lain yang
diterima anak DKV adalah status kami. Iya, status kami sebagai anak ‘desain’ sekarang mulai pelan-pelan kami
sembunyikan.
Banyak teman-teman se
perkuliahan yang beda jurusan, “meminta
tolong” kepada kami untuk sekdar dibuatkan poster lah, undangan event acara
organisasi mereka lah, atau apapun yang berhubungan dengan sesuatu yang
membutuhkan jasa desain.
Biasanya, teman
seperti ini nggak dekat-dekat banget, tapi tiba-tiba muncul dan sok menyapa.
“hai
mas,aku yg anak Biologi itu lohhh. Aku boleh di desiankan poster nggak”
“bang,aku
yang dari teknik mesin, ingat kan. Boleh minta dibikinkan desain kaos nggak,
buat anak-anak organisasi nih”
“bro,
gue yang dari fisip nih, yang suka pake iket kepla itu loh, eh bikinin spanduk
dong buat acara demo. Kita mau demo KPAI nih.”
Pokoknya banyak modus
yang di gunakan fakir DESAIN GRATISSS ini untuk minta dibuatkan desain.
Gue dan teman-teman
sudah kenyang dengan yang beginian. Buat gue ini adalah relita kejamnya menjadi
anak DKV dan sebegitu murahnya, bahkan gratisnya kami di mata masyarakat.
Mereka mengangap bahwa membuat poster atau spanduk itu nggak butuh tenaga dan
kerja keras.
Setelah pesanan
mereka di kerjakan, tapi balasan yang didapat cuman ucapan pengisi hening
doang,
“makasih
bro”
“suwon
loh rek”
“thxxxxxx
berat bray,” sengaja ‘x’ nya ditulis banyak, biar
kesan makasihnya itu berasaaaaa banget.
Hal kayak gini pernah
gue jadiin bahan pergunjingan sama anak-anak kelas. Semuanya pernah mereasakan
pedihnya sebuah jasa dibayar hanya dengan sebuah ucapan “makasih ya” yang nggak bisa di pake buat beli pecel di warung.
Berikut pergunjingan
kami.
ITU ADA YG UDAH DIBUATIN GERATIS TAPI MASIH PROTES. MINTA DITENDANG BANGET |
Tapi, nggak semua
client kok begitu, ada juga yang bener-bener menghargai dan mengapresiasi karya
dan jasa kita. Ya, tapi orang kayak begini itu kaya bulan puasa, munculnya
cuman sekali dalam setahun. Langka abis. Iya, sudah langka…..dan sudah habis. :
))
Jadi gimana ? kalian
masih mau masuk DKV.
#Cerita
#DKV
#Kuliah
17 KOMENTAR
Anak teknik listrik menantu idaman wkwk tae bener lah.
ReplyDeleteJadi kapan lo bikinin gue header baru, san? Gratis ya. :)
kapan2 aja, kalo gue udah kaya hahaha
DeleteHmmmm anak DKV jadi gitu. Mandiri tapi saking sibuknya jadi gak pernah mandi. Hmmmm.
ReplyDeleteDAN ITU KENAPA GRUP LINE-NYA BAHASA SANSKEERTA GITU YAA?!
anak pertanian juga jarang mandi di, kaya lu gitu lahh.
Deletesengaja, biar susah dilacak hahah
tersiksa banget ya mas ??? itu yg minta dibuatin poster , emang kenal apasok kenal orangnya ?! , pasang tarif mas ... 1 poster 150 rb ..:D
ReplyDeleteitu temen lah pokoknya, temen2 gitu aja.
Deletekalo segitu ntar gue dimusuhin, dikucilkan dari pergaulan
hhhmm temen aku anak dkv tidurnya seminggu sekali.
ReplyDeletebegitulah dkv.....
Deletejangan musuhin dia ya, kesian
Meskipun gue bukan anak DKV. Tapi, gue ngerasakan kejamnya yang lo rasakan san. Yoi, gue pikir belajar dan ngerti desain grafis itu bisa bikin keren, rupanya bikin nyesek. Udah kadang buatnya cape banget. pake mikir. Dianya cuman bilang "Makasih lho, udah mau bantuin."
ReplyDeleteSabar ya San. Semangat terus sampe lulus.. Karya lo gue akui keren2. Syahlud gue.
Yahhh, begitulah nasibnya, apalagi kalo yang bener2 ngerasain, tugasnya seabrek, muntah, muntah deh. tapi di nikmatin aja, ya namanya juga belajar.
Deletethx broh :)
Mantap bang :D gue kuliah di jurusan penerjemahan belajar desain grafis juga loh.. dan emang bener, cuma mata kuliah satu itu yang bisa bikin tidur gue ngga nyenyak. Untung cuma satu yang begitu haha...
ReplyDeleteSemangat terus sampe lulus ye, bang :)
baru satu mata kuliah tuh, lah gue, disiplin ilmunya emang belajar gituan, belajar sampe ke akar-akarnya, menggemaskan banget.
Deleteaminn, thx yakkk
emm jadi giniii...desain in gue poster dong :p
ReplyDeletejadi gini ? brantem yukkk hahaha
Deletesaya bukan anak dkv :)
ReplyDeleteoh, pantesan, keliatan kok dari foto profil yang wpap itu :)
DeleteI know that feel bro..
ReplyDeleteTerima Kasih buat kalian yang udah mau ninggalin komentar. Nggak perlu nyepam atau tebar link buat dapat feedback dari gue. Cukup rajin kasih komentar gue pasti bakal kasih feedback balik. Kalian senang gue juga Senang, double deh senangnya ^^
Yang Ngetik -@Ichsanrmdhni