14 Mei 2015 kemarin,
gue memutuskan untuk balik ke Samarinda. Pulang kampung, ketemu orang tua,
keluarga dan pacar tercinta. Karena gue kebagian pesawat pagi, otomatis mulai
dari subuh gue sudah harus bangun dan mempersiapkan koper yang maha gede dan tetek bengek
lainnya.
Gak tau nerveous atau gimana, tiba-tiba, di
subuh pagi yang dingin itu gue kebelet boker. Dari dalam kamar mandi, gue
mendengar Bayu sedang menerima telfon, gak tau dari siapa.
Setelah selesai, Bayu
langsung gedor-gedor pintu kamar mandi, kayak mahasiswa yang turun ke Jalan
buat demo kenapa harga sendal jepit bisa naik.
“san,
travel kita jam berangkatnya dimajuin satu jam. Bukan jam 7 pagi tapi jam 6”
Gue yang lagi khusuk
di dalem kamar mandi, jadi nggak konsen,
“lohh,
kok dadakan. Sekarang jam berapa?”
“jam
5 nyet. buruan keluar, gentian.”
Di kosan padahal ada
2 kamar mandi, tapi ntah kenapa si Kampret Bayu ini nggak mau pake kamar mandi
yang satunya, padahal semuannya bersih dan baik-baik aja. Jadi selagi dia mandi
di tempat yang gue boker-in tadi, gue pindah kesebelah buat melanjutkan acara
menabung pagi itu. Mulia sekali bukan.
Gue udah siap,
pakaian udah rapi, dengan baju hitam polos, celana bahan setengah tiang dan
sepatu hitam polos tanpa kaos kaki, gue siap pergi meninggalkan Malang dan
kembali ke kampung halaman.
“yuk
bay, turunin semua kopernya dah, jadi gak ribet pas travelnya datang”
“bentar
san, aku mau nabur garam dulu di sudut kamar biar gak ada anaconda yang masuk”
“DISINI
GAK ADA ANACONDA KAMPRET!!!”
Kondisi Kamar sebelum gue abaikan 3 bulan |
Semua barang yang
akan kami bawa pulang sudah berada di lantai satu. Sambil menunggu travelnya
datang, kita menyempatkan diri untuk nonton tv. Nonton tv pagi-pagi sangat
jarang gue dapatkan. Karena pagi kuliah dan tv juga gak punya. Tv di lantai
satu adalah tv bersama.
Cukup lama gue dan Bayu
menunggu travelnya datang sambil menonton tv. Dari yang awalnya gue nonton
sambil berdiri aja, kemudian gue ganti posisi jadi jongkok, karena paha gue
pegal akhirnya gue duduk. Kelamaan duduk pantat gue jadi kram, akhirnya gue
buka sepatu dan tidur-tiduran kaya kucing manja. Tapi travelnya belum
datang-datang juga.
Akhirnya setelah bete
level max, barulah travelnya datang. Janji jam 6 datangnya jam stengah 7. Kan
jahanam.
Gue dan Bayu segera
menghampiri mobil travel. Tiba-tiba pas lagi mau masukin koper, supir travelnya
menanyakan sebuah pertanyaan dewa.
“loh,
penumpangnya 2 orang mas?”
“yaiyalah
pak, nih, kopernya aja 2, gimana sih”
“aduhhh,
tapi disini tulisannya satu penumpang aja mas”
Karena bingung,
akhirnya gue menyerahkan kwitansi pemesanan. Yang jelas-jelas disana tertulis.
2 REMAJA TANGGUNG.
Gue bingung, supir
bingung, Siti Badriah jadi buaya Buntung. Si supir akhirnya menjelaskan, kalo
setelah menjemput kita disini. Akan ada 4 penumpang lagi yang mau di bawa ke
Surabaya. Dan tentu aja dengan 7 orang penumpang di tambah 1 dengan supir.
Mobil Xenia ini gak bakal muat.
Akhirnya si supir menelfon pihak kantornya untuk
menjelaskan bahwa ada kesalah pahaman. Gue nggak terlalu ngerti mereka ngomong
apa soalnya pakai bahasa Jawa.
Intinya si supir
menyuruh gue, Bayu dan satu orang penumpang yang udah duluan dijemput buat
turun dulu dan menunggu disini, Karena dia akan kembali ke kantor dan mengganti
mobil Xenia ini dengan mobil yang lebih besar. Semoga saja mobil besar yang dia
maksud bukan gerobak yang di kasih mesin pompa air, semoga.
Dari yang awalnya gue
udah bête nungguin dia datang. Sekarang level bête gue udah meningkat tajam
menjadi bête banget. Karena harus nunggu si supir balik ke kantor dan menukar
mobil.
Gue males
menceritakan apa saja yang gue lakukan selama menunggu si supir kampret ini
menukar mobil. Lebih baik kita langsung menuju kejadian ketika gue dan semua
penumpang sudah masuk di dalam mobil.
Entah kenapa hari itu
emang hari sial gue atau hari sial Bayu atau hari sial kita berdua. Selain di
terlantarkan untuk menunggu, kami pun kebagain kursi paling belakang di mobil.
Padahal yang di jemput pertama kita, harusnya kan dapat tempat duduk di depan.
Karena nggak mau
mengutuki kesialan terlalu dalam, gue pun memutuskan untuk diam aja dan
menerima kenyataan bahwa 2 jam perjalanan Malang – Surabaya nanti gue akan
duduk di bangku paling belakang. Sebelum mobil melaju meninggalkan kosan, gue
sempat mengelus-elus pantat dan kepala gue yang mungkin saja nanti bisa berubah
bentuk akibat kejeduk sana-sini
“pantat,
kamu yang kuat ya, cuman 2 jam kok, plis jangan kram dan minta boker di tengah
perjalanan. Kamu juga kepala, yang tabah, langit-langit mobil ini terlihat
bersahaja kok”
Selesai ngomong
dengan pantat dan kepala, gue mulai berdoa supaya perjalanan aman dan gue
sampai bandara dengan anggota tubuh lengkap dan tempatnya tidak tertukar. Kan
gak lucu pas sampai bandara, biji mata sama mata kaki tukeran tempat.
Selama perjalanan,
gue selalu inget pesan teman-teman yang berkata begini.
“ati-ati
kalo naik travel jawa timuran san, kamu naik kora-kora aja muntah, apalagi di
sopirin travel jawa timur, beuhhh, abis lu”
Kalimat ini selalu
terngiang-ngiang di telinga dan otak gue. Memang bukan sebuah hal klise lagi
kalo supir angkot, bus atau travel lintas provinsi jawa timur itu ugal-ugalan
banget.
Tapi, melihat kondisi
supir gue sekarang. Rambutnya udah putih, badannya udah keriput, bibirnya udah
menghitam dan tangannya ada dua. Gue sedikit lega. Pasti orang tua nggak berani
nyetir ngebut-ngebut lah, aman lo san.
Bagaikan tokai yang
di tutup kerang mutiara. Begitu udah masuk jalan tol, gue seperti berada di
mobilnya Dom, dalam film fast and furious.
Gila, supir nya ngebut parah, dia sampai lupa kalau di dalam mobil ini
disediakan fasilitas bernama REM.
Bajingannya, selama
perjalanan supir ini nggak ada nge rem sama sekali. Gue yang niatnya pengen
tidur aja selama perjalanan jadi nggak nafsu. Gila aja, kalo ada orang yang
bisa tidur kalo di supirin kek gini.
Ini kalo penumpangnya
hamil, nggak perlu bidan anaknya udah keluar sendiri, terus ngetok-ngetok kap
mobil sambil bilang “bang, kiri bang,
ampun, saya nggak kuat.”
Mobil masih melaju
dengan kecepatan saiton, untuk
terlihat cool dan nggak ketakutan, gue mencoba mengajak berbicara penumpang
lain. Ntah kebetulan atau memang rencana tuhan. Semua penumpang di mobil ini
sama-sama punya tujuan ke Samarinda.
Jadilah gue dan Bayu
reunian di dalam mobil, bersama orang satu kampung halaman, saling bertukar
pertanyaan seputar maskapai yang di gunakan nanti, alamat tempat tinggal di
Samarinda dan bertanya soal fisika Nuklir Terapan #LahhBuatApa.
Jika di kelompokan,
penumpang di mobil ini ada 3 kelompok dengan maskapai yang berbeda-beda. Ada
satu anak cewe berjilbab dan wajahnya enak di pandang bersama ibu dan bapaknya
menggunakan citilink, kemudian ada
om-om berwajah mesum menggunakan Lion air
dan terakhir adalah gue dan Bayu yang kebetulan kebagian Sariwangi air. Oke maksud gue Sriwijaya
air.
Satu orang cewe ini
ternyata satu kampus dengan gue, sama-sama Maba angkatan 2014, tapi beda
fakultas, gue lupa juga dia fakultas mana. Kita cuman ngobrol dikit, soalnya
dia duduk di tengah dan diapit oleh kedua orang tuanya, bapaknya di kiri dan
ibunya di kanan, gue di pangkunya……supir
Karena asik ngobrol
dan tukar-tukar cerita selama di Malang, nggak terasa mobil sudah memasuki
gerbang bandara Juanda. Gue senang, karena nggak mati konyol akibat supir yang
anti menginjak pedal rem.
Begitu sampai bandara
gue langsung, mengucap syukur.
Dari
yakin ku teguh…
Hati
ikhlas ku penuh…
Akan
karunia mu…
Oke salah, ini mah
lagu syukur. Gue langsung mengucap alhamdulilah
dalem hati. Sebentar lagi gue bakal balik ke kampung halaman tercinta dan
meninggalkan sejenak kota rantauan yang penuh dengan kopi dan revisi ini.
Bye Malang and welcome
to Samarinda, Yippi.
***
Btw, ini adalah
postingan super duper late. Harusnya
cerita ini di posting 3 bulan, emmm enggak, enggak, bahkan 10 bulan yang lalu.
Tapi ntah kenapa gue lupa buat mostingnya.
Waktu iseng buka-buka
file word, ketemu cerita ini, yaudah gue baca sekali lagi, edit sana sini dan
terpostinglah. Lumayan buat ngisi-ngisi blog. Segini dulu aja kali ya. Gue mau
ngerjain tugas Bahasa Visual dulu. Mata kuliah ini agak biadab soalnya. Kemaren
gue kena tumbal buat revisi . Tugasnya adalah menggambar 24 macam ikon manusia,
dan gue revisi 24 gambar juga. Ia, gue revisi semuanya, bangke abis lah
pokoknya. Daah ahh, bye.
#Cerita
#Curhat
#Liburan
8 KOMENTAR
Gila abis itu si supirnya anti nginjek pedal rem bahahaha. Kenapa bapaknya nggak menabrakan diri aja gitu ya di tol? Kesannya kan jadi seru gitu San, tabrak-tabrakin kayak di film sampe muncul percikan-percikan api. Uh, pasti keren abis!
ReplyDeleteWah salut deh postingan udah berbulan-bulan lalu masih niat di posting. Draft di blogku juga ada yang berbulan-bulan lalu tapi masih nggak niat di posting. Nggak tau lanjutannya mau kayak gimana.
kalo dia nabrakin diri, terus didalam mobil masih ada gue, ya gue wassalam juga ntar lah -__-
Deleteini sebenarnya strategy untuk menutupi kemalasan posting di bulan Maret, semua blogger harusnya punya tabungan postingan masing2, eaaak
SUPIR JAWA TIMUR ITU MANTAN PEMBALAP F1!
ReplyDeleteLU HARUS NYOBAIN NAIK BIS ANTAR KOTANYA. GUE MUNTAH 3X! BEAT MY RECORD!
naik travel yg notabene agak resmi aja gue mau mati. apalagi naik Bis yang anttar kota, mending gue bunuh diri dengan cara minum antimo 16 biji sekaligus.
DeleteANJER TEMEN-TEMEN GUE SERING MUNTAH NIH KALO NAIK BEGINIAN. GUE GAK PERNAH LAH! SOALNYA ADA ANTIMO OBAT ANTI MABOK..
ReplyDeleteHANYA COWOK LEMAH YANG MEMBAWA BEKAL ANTIMO DI PERJALANAN. LEMAHHHHHHH
Deletemenunggu memang tidak menyenangkan
ReplyDeleteapalagi menunggu, tapi tak saling tahu.
DeleteTerima Kasih buat kalian yang udah mau ninggalin komentar. Nggak perlu nyepam atau tebar link buat dapat feedback dari gue. Cukup rajin kasih komentar gue pasti bakal kasih feedback balik. Kalian senang gue juga Senang, double deh senangnya ^^
Yang Ngetik -@Ichsanrmdhni