*joget-joget syahdu*
Biarkan
gue teriak sesuka hati dulu, demi merayakan sebuah kejadian yang maha hacep
ini.
*Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah*
Iya,
gue kalo teriak emang cuman gitu doang. Datar, flat, percis kayak kondisi hati
sekarang ini.
Anyway,
gue bahagia banget, akhirnya semester 3 selesai juga. Lebih tepatnya adalah Uas
semester 3 selesai.
Rasanya,
tiap nambah semester tiap itu pula beban pikiran, tenaga dan jiwa gue bertambah
susah dan ribet.
Semester
3 ini, cuman 7 mata kuliah, tapi 3 sks semua, biji banget. Malah ada 1 mata
kuliah yang sksnya 4. Terus JS nya 6. Amsyong amsyong dah gue.
Kelimpungan,
keletihan, plus kesepian benar-benar mengisi kehidupan gue di semester ini.
Iya, soalnya tepat semester ini dimulai, tepat pula hari itu gue diputusin
pacar (lagi) pedih sih, tapi yaudahlah ya. Hidup terus berputar. Gue harus
kuat, harus tabah, sekaligus harus cari dukun yang lebih tokcer lagi.
Balik
ke UAS lagi.
Ngomongin
uas anak DKV yang semuanya berbentuk karya. Tanpa ada ujian tertulis lagi, gue
jadi iri sama anak-anak dari jurusan lain. Mereka UASnya jelas. Ada kertas, ada
soal, kerjakan, kumpulkan kemudian lupakan. Kayaknya gampang banget.
Lah
jurusan gue, dari 7 mata kuliah yang ada, sebiji pun nggak ada ujian
tertulisnya. Semua praktek, semuanya berkarya, dan tentu saja semuanya memakan
biaya.
Satu
mata kuliah ber SKS dua pun jadi terbawa arus untuk UAS pake karya, gak pake
ujian tertulis atau semacamnya. Ini sebuah ketidakwajaran yang membuat
mahasiswa stress dan menderita double-double.
Biar
keliatan ribetnya, gue jabarin aja kali ya tata cara UAS anak DKV. Dimulai dari
mata kuliah ini,
1 Kapita Selekta
Budaya
Mata
kuliah ini adalah mata kuliah dengan sks 2, tapi rasa sks 20. Padahal cuman
mata kuliah teori tapi sok banget UAS nya harus bikin karya dan bikin sketsa
yang banyak.
Inti
dari mata kuliah ini adalah, kita diminta untuk merepresentasikan ukiran,
ornament dan tokoh-tokoh yang terdapat pada bangunan candi yang telah kita teliti
di awal semester.
Gue
kebetulan meneliti candi Jago, lokasinya ada di daerah Tumpang, kalo kalian
pernah nonton film 5 CM. Nah, daerah ini disebut-sebut Genta sebagai gerbang
awal menuju mimpi mereka, yaitu Mahameru. Tapi, gue nggak nerusin perjalanan
dari tumpang sampai Mahameru. Gue cukup sampai Tumpang, muter-muterin candi.
Tanya sana-sini, kemudian pulang dan meratapi kesendirian.
Dosen
meminta untuk membuat dua produk yang bisa di jadikan cinderamata jika ada
wisatawan yang berkunjung kesana.
Minimal
dua produk dan desain produknya harus diambil dari ornament, ukiran atau tokoh
yang tergambar didalam candi, tapi masih boleh dimodifikasi.
Akhirnya
gue berembuk dengan anak-anak sekelas. Memikirkan produk apa yang murah dan
buatnya gampang.
Setelah
musyawarah kurang lebih 3 menit…….278 hari, kita memutuskan untuk membuat pin
dan gantungan kunci. Mantab.
Baru
aja mau konsul kalo kita mau bikin pin sama gantungan kunci. Dosennya malah
duluan ngasih pengumuman didepan kelas,
“jangan bikin pin ya, bikin yang
lain!”
Gue
langsung mikir lagi,
“kalo bikin sticker boleh pak ?”
“stikernya rencananya mau
ditempel dimana mas ?”
“di pin pak”
*kemudian gue dirajam pakai pin
sama seisi kelas*
Mata
kuliah ini akhirnya selesai. Produk yang gue buat pun masih tetap sederhan
yaity gantungan kunci dan totebag. Total biaya yang keluar buat menyelesaikan 2
produk ini 50.000 pas.
2 Budaya Visual
Ini
adalah satu-satunya matakuliah teori yang gue tempuh semester ini. Tugasnya
standart. Makalah, makalah, makalah. Sampai muntah makalah pokoknya, gue sampe
bosan. Sampe bingung mau copy-paste materi yang mana lagi. Muehehe.
Tapi
jangan salah, mata kuliah ini sksnya 3 loh. Di matkul ini juga mahasiswa wajib
buat pkm (pekan kreatif mahasiswa) jadi
kita disuruh membuat proposal kreatif, ada banyak kategori, yang anak kuliahn
pasti taulah, kebetulan gue memilih PKM-K, yaitu buat kewirausawaan. Semua anak
sekelas bikin proposal.
Tapi
nggak semuanya bisa di ajukan ke fakultas terus di kirim dikti.
PKM
gue gimana lolos nggak ? wooo, sudah
jelas, PKM gue NGGAK LOLOS dong, gimana sih.
Hmmmmm,
nggak-nggak gue bercanda. Proposal gue lolos, terus lagi dikirim ke dikti.
Doain aja bisa lolos ke tahap selanjutnya, walaupun gue nggak terlalu ngarep
buat lolos, tapi, kali aja gue lagi hoki. Bisa ikut pimnas terus jalan-jalan
geratis. Kan ena.
UAS
dari mata kuliah budaya visual pun tidak lepas dari bikin makalah. Karena dosen
meniadakan ujian tertulis, walhasil mahasiswanya di wajibkan membuat satu
makalah pamungkas terakhir, dengan tema akulturasi budaya Indonesia dan budaya
luar. Plus membuat poster dengan tema serupa. Ditambah lagi, kita harus, kudu,
wajib buat ikutan seminar dalam penutupan pameran kampus. Detail soal pameran
dan lain-lainnya gue ceritain dibawah deh.
3 Illustrasi
Tidak
ada sebuah metode baru yang digunakan dosen gue untuk memenuhi UAS Illustrasi.
dosennya santai banget, gaul banget, dan tentu saja pro banget.
UAS
Illustrasi sama seperti biasanya, membuat Illustrasi gambar manual dikertas A3,
kemudian diwarnai. Gambarnya harus detail dan njelimet (rumit) gue menggambar
tema dunia pipa waktu itu, ntahlah itu udah masuk kategori njelimet atau belum.
Rencananya
gue mau nunjukin beberapa illustrasi yang udah dibuat, tapi gue rupa
foto-fotoin, jadi ntar aja kali ya kalo ada waktu luang, semoga ini bukan
wacana.
4 Metode Reprografika
Mata
kuliah yang awalnya membuat gue berfikir
“anjir, namanya keren banget, ada
hubungannya gak ya sama reproduksi. Kalo ada pasti menyenangkan.”
Begitu
mata kuliah ini gue tempuh, ternyata inti dari segala intinya adalah tentang
sablon dan menyablon.
Dari
mata kuliah ini gue jadi banyak tau tentang sablon. Jenis kain, jenis tinta,
jenis pasta, rakel, screen, dan hal-hal tidak berguna lainnya. Eh
Soal
hubungannya dengan reproduksi? Tidak ada. Mata kuliah ini benar-benar tidak
membahas hal-hal yang gue idamkan di awal semester.
Mata
kuliah ini adalah matakuliah dengan tingkat penggelontoran dana terbanyak nomor
dua. Total gue abis ratusan ribu buat beli tetek bengek untuk nyablon. Dan
hasil sablonnya pun ala kadarnya. Sedih pokoknya.
Kelas
gue dan dua kelas DKV yang lain disuruh nyablon di kain ukuran 1,5 x 1,5 meter.
Sementara dikelas satunya, mereka membuat banyak karya. Mulai dari kaos,
taplak, tas, tank, pesawat tempur. Oke gue ngarang.
Awalnya
gue merasa tidak beruntung karena mendapat dosen yang cuman nyuruh nyablon di
kain 1,5 meter. Tapi, begitu tau kalo kelas lain tugasnya bejibun buat ini dan
itu, gue jadi bersyukur dapat dosen yang pertama. Fiuhh
Kata
dosen gue, biar pun karyanya dan gak layak pandang atau layak pamer, kita harus
tetap PD.
5 Komputer Grafis
Salah
satu mata kuliah dengan jadwal paling teratur, pembagian tugas paling jelas,
dan menghabiskan biaya cukup banyak juga.
Waktu
hardisk gue error dulu, gue sempat dibuat kelimpungan sama tugas mata kuliah
ini. Untungnya dosennya muda dan bersahaja, jadi gue diberi kelongaran waktu
untuk mengumpulkan tugas agak belakangan. Tampang soleh gue memang cukup
berhasil untuk membuat dosen merasa iba.
UAS
dari mata kuliah ini NGGAK ADA. Karena dosen mengangap semua tugas mingguan
adalah UAS. Kelas gue wajib ikut pameran dan majang karyanya disana. Dari 7
project yang udah di kerjakan selama satu semester, terpilihlah projek
illustrasi digital, gue pengenya mamerin project yang low polly aja sebenarnya.
Tapi, apalah daya. Gue kalah suara.
Gue
rada nggak semangat dengan pameran mata kuliah ini. Karena hasil karya yang gue
buat jauh dari kata memuaskan.
Karya
yang terpilih adalah illustrasi digital. Sedangkan dunia persalinan dan
persilatan tahu, bahwa illustrasi manual gue jelak. Dan untuk mengerjakan
illustrasi digital harus melewati tahap manual dulu. Jadilah gue tidak maksimal
dalam berkarya. Haseek.
Pameran
untuk matkul ini cuman 1 hari. Karya di cetak di kertas berukuran A3. Kemudian
diberi frame lalu di gantung doang. Besok sorenya karya udah dicabut dan
gentian dengan mahasiswa lain yang mau pameran juga.
6
Fotografi
Fotografi
adalah makul yang sebenarnya tidak terlalu berat …… bagi mahasiswa yang
mempunyai kelengkapan alat. Masalahnya adalah gue tidak termasuk kedalam
mahasiswa dengan kelangkapan alat itu.
Di
kelas yang punya kamera ‘bagus’ mungkin nggak ngampe 10 orang. Sisanya ya
nebeng dan berharap belas kasihan dari orang-orang yang punya kamera ini aja.
Ngerjain
tugas fotografi juga nggak bisa sembarangan. Tiap minggu tema tugasnya
ganti-ganti. Pernah waktu lagi padat-padatnya tugas kampus gegara mau UAS, gue
dapet tugas fotografi dengan tema pengamen jalanan.
Rencananya
mau hunting bareng temen-temen yang punya kamera ‘bagus’ ini. Tapi, karena
tugas yang lain juga waktunya mepet. Anak-anak kelas banyak yang ngorbanin
untuk nggak ngerjain fotografi dulu biar tugas yang lain bisa dikebut.
Awalnya
gue juga mau ngikutin cara berfikirnya anak-anak kelas. Tapi, pas gue mikir
lagi,
“kalo
gue tumpuk ngerjain minggu depan lagi, emang yakin, minggu depan tugas bakal
dikit. Ia kalo beneran jadi dikit. Lah kalo tambah banyak. Mampus gue”
Yang
punya kamera mah enak, kapan pun bisa foto jeprat jepret. Lah yang kaga punya
ini. Mau nggak mau, suka nggak suka, ya harus nyesuaikan jadwal hunting sama
yang punya kamera. Benalu banget nggak sih.
Gue
pun memanfaatkan semua fasilitas yang gue punya. Bersama Bayu malem-malem
sekitar jam 10 malam kita keliling kota malang nyari pengamen. Sumpah ya, nggak
tau kenapa. Hal-hal kaya begini itu kampret banget.
Kalo
lagi ga di butuhin pengamen ada mulu seliweran. Nah, pas lagi di cari-cari gini
sebiji pun nggak ada nongol, eek banget kan.
Setelah
muter sana-sini, kita pun bertemu pengamen yang masih remaja dan punya banyak
tattoo di tangan. Kita ketemu di daerah Terusan Surabaya, tapi pas minta izin
mau ngikutin mereka sebentar mereka bilang kalo abis dari sini mau langsung otw
ke daerah Suhat.
Gue
dan Bayu pun ikut aja. Mau kemana pun kita ikutin aja deh pengamennya. Yang
penting dapat fotonya. Mantab.
Setelah
hampir setengah jam ngamen di daerah polinema kita pun berpisah dengan
pengamenya. Iya, gue dan Bayu emang nggak ngasih apa-apa ke pengamenya. Kita
memag tidak tahu diri.
Untungnya
dalam tema tugas ini nggak diperlukan banyak teknik atau efek yang aneh. Karena
tema fotonya dokumentasi. Jadi, yang penting nggak blur aja aman dah. Mantab.
Malam
kita ambil foto, besok paginya langsung di cetak, sorenya di kumpulin. Nah, pas
mau ngumpulin parah banget kelas gue. Yang ngerjain tugas ini mungkin cuman
sekitar 5 orang aja. Yang lain pada milih nggak masuk, karena juga lagi
keteteran sama tugas yang lain.
Dosen
udah nggak mau ambil pusing. Yang udah ngerjain cepat di konsultasikan, di
kasih nilai langsung lanjut project berikutnya. Nah, yang belom ngerjain ini
yang kena zonk. Udah tugas yang pertama belum selesai, tugas dari matkul lain
juga antree minta di dulukan. Ehh malah tugas fotografi nambah lagi. Mampus,
mampus dah.
Pas
tua hasil foto gue udah di acc. Gue cuman senyum sambil mikir,
“untung
aja gue nggak ikutan anak-anak lain buat nunda tugas fotografi. Kalo nggak,
bisa ikutan tewas jug ague. Gelabakan sama banyak detlen yang lain, sukur,
sukur”
Dari
pengalaman ini gue jadi belajar. Segimanapun numpuknya, sesusah atau segampang
apapun tugasnya, kalo bisa jangan pernah nunda dan ngeremehin tugas.
Tugas
nggak bakal selesai kalo cuman diundur waktu pengerjaannya, tugas itu harus
dikerjain. Titik. Dah gitu aja.
Untuk UAS nya sendiri, Matkul ini menarik banget, karena UAS nya berupa soal cerita dan cara menjawabnya ya dengan hasil foto. Dikerjakannya pun harus selesai satu hari. asik tapi ribet, ya begitulah kuliah #TibaTibaNyambung
Untuk UAS nya sendiri, Matkul ini menarik banget, karena UAS nya berupa soal cerita dan cara menjawabnya ya dengan hasil foto. Dikerjakannya pun harus selesai satu hari. asik tapi ribet, ya begitulah kuliah #TibaTibaNyambung
7
Bahasa Visial
Mata
kuliah yang penih intrik dan problematika. Matkul ini satu-satunya yang punya
bobot 4 sks di semester ini. JS nya pun nggak main-main. 6 JS tjcoy.
Tugas
mingguan dari matkul ini tidak terlalu ribet. Cuman BANYAK aja. Nah, kirain
setelah merampungkan semua tugas mingguannya yang banyak, waktu UAS nanti bisa
nyantai. Ternyata nggak semudah itu, kenapa ? karena tugas UAS nya lebih parah
lagi. Lebih menyakiti hati dan kantong gue lagi.
Tugas
UAS dari matkul ini adalah, kita diminta untuk membuat environtment design.
Jadi semacam membuat plakat berupa information sign, direction sign, welcome
sign, dan sign-sign yang lain. Pokoknya ribet dah.
Pengerjaan
tugas ini dimulai dengan menentukan tempat yang akan di buatkan envorontment
designnya. Dosen gue pun memutuskan untuk menjadikan tempat wisata di kota
Malang, emm lebih tepatnya kota Batu sih sebagai contoh untuk mengerjakan tugas
ini.
Tugas
ini berbentuk kelompok. Satu kelompok di isi oleh 3 orang. Seperti lazimnya
kelompok belajar di Indonesia. Jika ber-3 maka, 1 orang yang kerja, yang 2
pelengkap saja. Semacam tim horee, atau semacam wijen di atas roti, ada ataupun
nggak ada rasanya nggak ada pengaruhnya.
Untungnya
gue satu kelompok sama Bayu, nggak tau kenapa kita bisa jodoh aja. Padahal
waktu pembagian kelompok, dosen nunjuknya random banget. Mungkin ini yang
dinamakan kekuatan cinta. Kenapa kita tetap bisa bersama ? karena cinta ada
karena cinta membutuhkan cinta.
Lahhh,
apa dah.
Ada
banyak kejadian yang nggak mengenakan waktu mengerjakan tugas ini. Kelompok gue
bener-bener nggak solid. Akhirnya di ujung penyelesaian tugas ada semacam
ketegangan internal yang terjadi di dalam kelompok.
Ketegangan
ini terjadi antara gue dan Bayu, melawan satu biji anggota kelompok kami
sendiri, dan dia wanita.
Masalahnya
pun klasik banget, yaitu soal duit. Ya, gue tau nyari duit zaman sekarang itu
susah, tapi ya masa gue tega boongin teman sendiri demi uang yang nggak
seberapa jumlahnya. Gue masih punya hati. Gue adalah tipe orang yang punya
prinsip bahwa uang bisa membeli segalanya, tapi tidak untuk pertemanan, cinta
dan kebahagian. #Sikap
Sebenarnya
masalahnya sederhana banget. Si cewe temen satu kelompok gue ini rumahnya jauh,
sementara gue dan Bayu satu kost. Jadi, untuk mewujudkan harapan untuk kerja
bersama itu rasanya agak susah, kenapa ? karena itu tadi, rumah dia jauh, dia
nggak bisa bawa motor, dan yang paling ribet, dia itu cewe. Kan nggak enak kalo
mau merintah-merintah cewe. Ya nggak guys.
Akhirnya,
kebanyakan tugas ini cuman dikerjakan oleh gue dan Bayu, kita yang bikin ini
itu nya, kita yang design ini itunya, kita yang survey 2x, kita yang di php-in
tukang kayunya, kita yang di begoin tukang stiker, pokoknya banyak sialnya lah.
Sementara tugas dia. Dia cuman bikin layout hasil dari semua kerja keras yang
tadi. Dan parahnya hasil layoutannya JELEK BANGET. KAMPRET.
Setelah
akhirnya tugas ini selesai, tentu saja ada satu maslah yang belum selesai.
Yaitu masalah duit patungan untuk nyelesaiin tugasnya.
Jujur
aja, kelompok gue emang bikin maket yang beda. Kalo rata-ratakelompok lain
membuat welcome sign, kelompok gue membuat map’s sign. Iya, kita buat peta
tempat wisatanya. Anti mainstream harga mati.
Maket
kita beda, bahan yang kita pake beda, ukuran maket kita pun lebih beda, beda
dalam artian lebih lebar. Tapi, gue pribadi lebih puas dengan maket ini
dibanding punya teman-teman yang lain.
Dengan
logika sehat. Semua yang beda yang ada di maket kelompok gue pun harus ditebus
dengan biaya yang pastinya berbeda.
Kalau
kelompok lain rata-rata menghabiskan dana sekitar 800 ribu sampai 1 juta. Nah, kelompok gue sendiri nih
yang absinya sekitar 1,2 juta.
Kenapa
bisa lebih mahal ? ya, seperti yang gue bilang tadi. Maket kelompok gue ini
beda dari punya teman-teman yang lain. Bahan yang dipake lebih bagus, ukuran
lebih besar. Jadi, ya harganya juga lebih mahal.
Lagian
siapa sih orang yang mau ngerjain tugas sembarangan. Kalo bisa sempurna,
pastilah semua orang mau yang sempurna. Gue dan Bayu sependapat sama hal ini.
Sayangnya temen gue yang sebiji lagi ini semacam nggak bisa menerima ini semua.
Ya intinya dia nggak percaya sama kita.
“Masa bikin maket gitu doang bisa
abis sampe 1,2 juta.”
Waktu
dia bilang gitu rasanaya gue mau teriak di telinga dia
“MAKANYA, KALO MAU TAU ITU IKUT,
JANGAN MAU BERES AJA. DISURUH IKUT NGGAK BISA, DISURUH NGERJAIN NGGAK BISA, INI
NGGAK BISA, ITU NGGAK BISA. MATI AJA LU NYET.”
Biar
nggak salah paham, Bayu pun memberikan semua nota yang terkumpul. Kebetulan pas
ngerjain tugas ini semuanya pake duit Bayu, katanya biar enak hitungannya nggak
kepisah-pisah, gitu.
Karena
gue selalu ikut, dan tau harga bahan baku, tukang, dan stikernya *yaiyalah*
orang kita beli apa-apanya berdua mulu hahaha.
Gue
mah nggak ada masalah, jadi langsung bayar aja sesuai pembagian yang adil dan
rata, yaitu sekitar lebih kurang 400 ribu. Selesai.
Nah,
masalahnya muncul waktu Bayu mau nagih uang patungan buat tugas ini sama temen
kelompok kita yang cewe. Dia bilang bukannya nggak mau bayar, tapi nggak
percaya. Masa tugas begini doang abisnya sejuta.
Nota-nota
udah sama dia, katanya dia datang ke tukang kayu yang bikin maketnya, ke tempat
stiker, dank e tempat penjual HPL. Katanya harganya gak segitu, ini semua pasti
nota rekayasa.
Awalnya
gue ngira, nih anak becanda apa gimana sih. Gue awalnya gak mau ambil pusing,
yang penting kewajiban gue udah gue penuhin. Yaitu membayar sesuai
pembagiannya.
Yang
kasihan kan Bayu, soalnya dia yang nalangin semuanya hahaha. Karena udah kesel,
Bayu jadi nggak mau lembut-lembut lagi sama cewe ini. Karena terlihat dari
gerak-geriknya, dia nggak punya itikad buat bayar uang tugas. Jadi, Bayu pun
geram dan nelfon dengan nada yang lebih tinggi yang nggak seharusnya di ucapkan
kepada cewe.
Cewenya
ternyata nggak terima, ngadulah dia ke bapaknya. Bapaknya pun nyamperin gue dan
Bayu di depan matos (Malang Town Square)
Suasan
ini benar-benar chaos banget. Gue sama Bayu ini rencananya emang mau ke Matos,
tapi bukan buat nemuin bapaknya si cewe yang nggak mau bayar utang, kita kesini
mau survey harga hp. Nggak sesuai ekspektasi banget dah pokoknya.
Begitu
keluarga bersahaja ini nyampe di depan matos, gue kaget. Kirain yang datang dia
sama bapaknya doang. Ternyata yang datang satu keluarga, ada dia, bapaknya,
mamaknya, sama adeknya. Totalitasnya patut di acungi jempol keluarga ini.
Kita
semua sudah berkumpul membentuk lingkaran, lampu-lampu jalanan menemani
perdebatan kita malam itu, para pejalan kaki yang seliweran pun menambah renyah
suasan petang itu *ini kenapa jadi putis
jijik gini*
semuanya
udah nggak bisa dikendalikan, orang tua si cewe ini datang sambil bawa kwitansi
beserta foto copy-an nota-nota yang kemarin di kasih Bayu ke anaknya. Sambil
marah-marah, dia bilang kalo nota yang kita kasih itu nggak sesuai semua.
Karena
udah beta dan nggak mau banyak omong. Kita pun menawarkan sebuah ajakan yang
sangat ke keluargaan kepada si bapak, begini
“kalo bapak nggak percaya sama
nota kita, ayok, besok kita datangin satu-satu toko yang buat nota ini. Mereka
pasti punya salinannya kan”
Udah
di tantang gitu, ehh si bapak malah nggak ada respect nya, terus mencoba
mencari-cari kesalahan lain dan mengalihkan pembicaraan lagi.
“kalo nanti anak saya bayar
sekian, ntar dia dapat apa dari maket ini?”
Gue
dan Bayu pun menjawab,
“terserah, mau ambil yang bagian
mana, tapi kalo mau di bagi, harga pedestal maket ini aja udah cukup kok buat
bayar jumlah tagihan anak bapak”
Terus
mamaknya lagi yang nyamber,
“wah, nggak bisa gitu, itu
namanya nggak adil. Kalo mau adil kita potong aja jadi 3, adil kan.”
Gue
jawab lagi,
“silahkan kalo mau dipotong, kita
nggak butuh juga maket ini. Sementara ini kita cuman butuh nilainya aja. Tapi,
kalo mau dipotong, silahkan potong sendiri, dan asal anda tahu, kalo maket ini
mau dipotong jadi 3 bagian, itu butuh duit lagi, silahkan anda saja yang bayar”
Masih
melakukan pembenaran terus menerus, mamaknya si cewe yang rempong banget ini
pun bilang begini lagi,
“anak saya itu nggak ada niatan
mau nggak bayar kok mas, kami mau bayar. Bahkan hari rabu sampai jum’at dia
bawa duitnya terus, cuman situ aja yang nggak pernah nagih, ya jadi anak saya
males bayar”
Gue
mikir dalam hati,
“YA MASA NUNGGU DITAGIH DULU SIH
BARU MAU BAYAR, LU GOBLOK ATAU TOLOL SIH, KESEL GUE”
Yang
jawabin pernyataan si mamaknya yang rempong ini pun Bayu, Bayu cuman bilang
dengan kalimat se sopan mungkin.
“bu, anak ibu ini cewe loh, dan
kita nggak deket-deket banget sama dia. Dia juga selalu ngumpul sama
temen-temen cewenya, kita sebagai cowo ya nggak enak lah mau nagih masalah duit
ke cewe, apalagi di depan teman-teman cewenya”
Penjelasan
Bayu yang udah sopan pun cuman di balas gini,
“ya salah sendiri, kenapa nggak
nagih, kan situ yang butuh duitnya, ya situ lah yang usaha”
Anjir
banget, gue denger mamaknya ngomong gitu jadi ikutan panas. Pengin banget gue
bilangin gini,
“YA, HARUSNYA YANG PUNYA UTANG
LAH YANG TAU DIRI, GIMANA SIH, PUNYA OTAK NGGAK ? KALO NGGAK ADA NANTI GUE
BELIIN DI WARUNG PADANG.”
Karena
merasa debat dengan orang yang pendidikannya nggak setara sama kita, gue cuman
iya-iya-in aja omongan emaknya ini. Sampai akhirnya emaknya bilang gini lagi.
“mas kalo utang di bank, yang
nagih siapa ? pihak bank kan ? harusnya mas juga begitu. Yang butuh uang yang
nagih”
Karena
makin panas dan pernyataan si emak ini makin goblok, Bayu pun jawab dengan nada
lebih tinggi,
“LOH, KALO IBU UTANG UANG DI
BANK. YA, HARUSNYA IBU LAH YANG TIAP BULAN DATANG KE BANK BUAT MENGANGSUR
UANGYA. GIMANA SIH”
Merasa
menang dengan pernyataannya si ibu bilang gini lagi,
“loh, kok saya yang datang untuk
bayar. Terus gunanya dept collector apa”
Bayu
makin panas dan makin semangat mau ngejatohin si emak ini, Bayu pun bales gini,
“KALO SAMPE DEPT COLLECTOR YANG
NAGGIH IBU, ITU ARTINYA IBU TELAT BAYAR UTANG, NGERTI ? “
Hahahaham
gue cuman ketawa dalem hati. Waktu dibilangin gitu, si emaknya ini cuman diem
dan nahan malu aja. Begitu dah orang kalo cuman modal sok tau. Ujungnya malu sendiri.
Setelah
debat ngalor ngidul, saling ngotot, akhirnya si cewe dan keluarganya ini mau
juga membayar uang maket. Tapi, sambil bikin nota baru dan di tanda tangani.
Nah,
pas nulis nota ini, karena bingung, gue menyuruh Bayu menulis tanggal di bagian
atas kiri, padahal aturannya tanggal pembuatan nota itu tidak ditulis dibagian
sana.
Si
bapak ini pun negur Bayu dengan bilang,
“mas ini bisa buat nota nggak
sih. Tanggal itu tempatnya bukan disana, tapi disini”
Dengan
reflect dan semangat mengebu-gebu, Bayu pun menjawab
“itu dia pak, saya ini bikin nota
aja nggak pernah, gimana mau malsuin nota”
JEGERRRRRRRRR,
satu keluarga diem mematung.
Sumpah
demi apapun, gue nggak suka banget cara keluarga ini memenuhi kewajibannya
untuk melunasi pembayaran. Mereka menuduh tanpa bukti yang jelas. Harusnya
masalah ga perlu sepanjang ini. Coba aja mereka seperti orang tua lain, tinggal
bayar, dan nggak musingin yang lian.hal kayak gini kan nggak bakalan terjadi.
Kan ini jadi nggak enak banget.
Diakhir
sebelum kami berpisah, si bapak bilang,
“saya bukannya nggak mau bayar,
saya cuman mau tau kejelasan nota-nota ini. Kalo cuman segini itu cuman uang
receh kok mas”
Gue
dalem hati pengen nyaut, dan jawab,
“KALO UANG RECEH KENAPA DISURUH
BAYAR AJA SUSAH BANGET, KAMPRET”
Keluarga
cemara ini pun pergi dari halaman matos, meninggalkan gue dan Bayu.
Setelahnya
kita nggak langsung balik ke kost, gue dan Bayu cuman diem-dieman aja sampai
akhirnya gue bilang begini,
“emang begini banget ya ujiannya
anak rantau ? begini banget ya ujiannya orang yang mau jujur”
Kemudian
kita pun balik ke kost dan Bayu nggak jadi beli hape, hahahah.
Yahhh,
tiap semester emang punya cerita. Kuliah membuat gue dewasa. Membuat gue jadi
orang yang lebih baru dan lebih baru lagi.
Baru
semester 3 aja cerita kuliah gue udah di bumbui dengan kejadia menarik ini. Di
begoin, dibentak, atau dituduh, nggak sedikitpun bikin gue ciut atau mikir mau
berhenti kuliah. Justru sebaliknya.
Semester
depan ada cerita menarik apalagi ya yang menimpa hidup gue? Hmmm jadi penasaran
aja.
Selamat
tinggal semester 3. Ketemu lagi di semester 4 yak, bye bye
#Kuliah
12 KOMENTAR
Anjirrr itu rusuh banget sih asli kalo sampe sekeluarga gitu. Muahahaha.Ada aja dah orang kayak gitu. :))
ReplyDeleteAnjriit lu yaaammm....sinetron banget kisah lu...wkwkwk...ngomongin UAS...gw juga punya pengalaman pahit tingkat ISIS....tau ga?gara2 mlototin postingan elu..gw jadi ngakak semaleman jadi lupa klo besok UAS,,mana materinya matematika tingkat dewa lagi...alhasil gw sukses celingak.celinguk pas UAS kemaren..#puas.lu...wkwkwkwk
ReplyDeleteGregetan banget baca part keluarga cemara, wkwk.
ReplyDeleteItu si Bayu jago banget lagi nyautinnya, hahaha.
Seengganya segala usaha dan air mata(?) terbayar dengan IP tiga koma sembilan~
Tetep semangat sansan!!!
Anjir asik banget lah tugasnya pake travelling ke Tumpang gitu.
ReplyDeletemantap dah :)
ReplyDeleteHahaha itu ilustrasinya lucu
ReplyDeleteWah anak DKV. Keris Kanjinya keren yah
ReplyDeleteoww anak DKV pantess design na keren-keran.. pi emang sich DKV terkenal modal gede heheehehe.. semangaaat masih ada smster baru yang lebih seru
ReplyDeleteAnak DKV ya ._. nggak heran deh kalau karya-karyamu keren, mas :D
ReplyDeleteAwalnya sempet mikir mau ambil DKV, tapi setelah ditelusuri, akhirnya gue gak jadi ngambil DKV dengan alasan: gambar manual gue jelek. Dan bener aja... ternyata DKV memang dituntut harus menggelotorkan uang untuk tugas dan segala tetek bengeknya. Udah mahal, ngeluarin modal banyak untuk perlengkapan, tugasnya pun juga banyak. Dan kudu berhubungan sama seni dan gambar. Untung saja.
ReplyDeletebagus nih
ReplyDeleteNgeselin banget itu asli. si cewe sama kelaurganya ! hih!
ReplyDeleteterus sampe sekarang masih sekelas nggak sama itu cewe?
dia baca nggak tulisan ini?
Terima Kasih buat kalian yang udah mau ninggalin komentar. Nggak perlu nyepam atau tebar link buat dapat feedback dari gue. Cukup rajin kasih komentar gue pasti bakal kasih feedback balik. Kalian senang gue juga Senang, double deh senangnya ^^
Yang Ngetik -@Ichsanrmdhni